Author: Lee
Ji Hyun
Cast: Lee Taemin (SHINee)
Jung Na Ra (Original Character)
Other Cast:
All member SHINee
Some Super Junior member
Kim Jong In (EXO-k)
Na Ra’s friends: Han Eun
Joo
Kim
Hye Ra
Baek Han Na
Jung Yong Hwa(CNBlue)
Genre:
Romance, Comedy, School life.
Length:
Chapter.
Rating: G (General)/PG-15.
Disclaimer: annyeong~
maaf benget, lanjutan ff ini sangat lama sekali. Maklum, author emang sedang
malas. Hehehhh oh ya, part 3 kali ini dibagi lagi menjadi part 3A dan 3B.
karena ya… memang cukup panjang. Kali ini author pas-in(?) takaran romance dan
comedynya. Jadi yah 50-50 kalo bisa dibilang. RCL selalu^^ and,
HAPPY
READING!
Girls, Girls, Girls_Part_3A
-Author pov-
“AJJUSHI!
TEMAN SAYA ILANG! TOLONG DICARI YA! JEBAL AHJUSSI…” Seru Taemin di pos keamanan
Lotte World(?) itu. “arasseo. Nama temanmu siapa Agassi?”Ujar satpam veteran di
mall itu dengan santai sambil menyeruput kopi hitam “Jung Na Ra. Yeoja. Agak
pendek. Pake baju seragam seperti saya, Seoul High School” “ara. Agassi bisa
tunggu sebentar” satpam itu menunjuk sebuah bangku kosong.
Taemin duduk
dengan kaki yang tak mau berhenti diam. Satpam ajjushi mulai melakukan
pencariannya, “ehem, untuk Jung Na Ra –ssi, sekali lagi untuk Jung Na Ra –ssi,
ditunggu temannya di pos satpam!” ujarnya lantang melalui pengeras suara.
Setelah selesai, ia pun dengan tenang menyeruput kopi hitamnya lagi.
“Ajjushi!
Masa’ ajjushi diam saja! Bukannya mencari?” Tanya Taemin polos. “aku sedang
mencari, nak. Tenang saja” Jawab satpam itu. Kali ini sambil memakan cemilan(?)
“masa mencari sambil makan? Apa benar ajjushi ini keamanan?” merasa amarah
sudah berada di puncak ubun-ubun satpam itu menggebrak meja,
“aku hanya
memanggilnya lewat microphone! Pasti temanmu takkan kemana-kemana!” “tapi kan
ajjushi! Sebagai seorang satpam, kau harus mengamankan mall ini dengan
sungguh-sungguh! Bukan dengan minum kopi dan makan cemilan! Ajjushi pasti sudah
lama mengabdi pada mall ini kan? Seharusnya ajjushi lebih berpengalaman! Dan
juga-“
BRAK!
Terdengar suara gebrakkan meja. “aku sudah muak dengan bocah tengil ini,”
“neo,” ia menunjuk Taemin. “KA!! JANGAN GANGGU WAKTU ISTIRAHATKU” dengan wajah
watados(?) (Author: watados:wajah tanpa dosa). Taemin kembali angkat tangan,
“ajjushi ini bagaimana, sebagai seorang satpam seharusnya ajjushi-“ “KA!” “ajjushi
kan-“
Ucapan
Taemin terpotong. Karena satpam ajjushi sudah menyeretnya keluar dari pos
satpam. Satpam ajjushi melempar(?) Taemin keluar pos(author:adek-adek, jangan
tiru adegan ini dirumah! Reader:jadi kalo disekolah boleh dong? Author:eh-__-“)
“KALAU KAU
INGIN MENCARI TEMANMU, CARI AJA SENDIRI! DASAR ANAK BAWEL!” bentak ajjushi di
depan muka Taemin. Taemin hanya dapat menahan semburan kuah(?) satpam ajjushi
dengan tangannya.
Setelah itu,
ia langsung membanting pintu di depan muka Taem. Taemin langsung bangkit sambil
sedikit berbenah diri. “bawel apanya? Kayak sendirinya gak bawel” gerutunya
sambil menatap sebal pintu pos.
Tiba-tiba
pintu pos itu terbuka lagi dengan teriakkan, “YA! SEBAWEL-BAWELNYA AJJUSHI GAK
AKAN BERISIK KAYAK KAMU!” dan satpam ajjushi itu melempar beberapa kantong
belanjaan Taemin yang tertinggal.
Membuat
Taemin yang sudah bangkit, kembali jatuh karena barang dan belanjaan yang
terlalu banyak(author:poor Taem T^T)
“Taemin-ssi?”
Taemin
langsung menengok ke arah suara yang berada di seberang, “Na Ra ya?”
~”~
“hemh,
HAHAHA!” “sudahlah! Berhenti tertawa!” “HAHAHA.. anak bawel! Bawel! HAHAHA!”
“YAK! GEUMANHAE JUNG NA RA!” seketika tawa Na Ra berhenti.
“Agassi,
mohon untuk memelankan suara anda” ujar seorang petugas keamanan. “ah, ne,
arra” jawab Taemin gugup. Setelah petugas tersebut meninggalkannya, ia langsung
menarik lengan Na Ra dan pergi menjauh dari restoran cepat saji itu.
“YAK! LEE
TAEMIN-SSI! Kau ingin membunuhku, hah? Aku sedang makan, jangan main tarik
dong” Taemin menatap Na Ra sebal sambil menarik lengannya lagi, namun tidak
sekasar tadi. “ayolah, kau kan bisa jalan sambil makan burgermu”
“arra,
arraseo” kata Na Ra sambil mendelik pada Taemin yang memandang arah depan
sambil tetap berjalan.
-Jung Na Ra
pov-
HAP! Aku
melahap potongan burgerku yang terakhir. Kita masih berjalan menjauhi mall. Aku
berjalan di samping kirinya, menatap matanya. Ia terlihat acuh tak acuh padaku.
Hanya memandang lurus kedepan.
“jadi,
kemana saja kau saat menghilang?” tanyanya tanpa memandangku sama sekali.
Kukira, ia namja yang cukup ramah. “menghilang?” tanyaku lagi.
“ne,
menghilang. Kau tiba-tiba menghilang tanpa jejak. Mau kemanakan mukaku di depan
si Kkamjong itu..” “aku tidak menghilang. Aku hanya ke toilet sebentar. Justru
kau yang menghilang! Sekembalinya aku dari toilet, kau malah menghilang dan
ditemukan tertimpa tumpukkan kantong belanjaan di depan pos satpam” ujarku
membela diri.
Terlihat dari
mukanya, ia sedang menahan malu. “heuh! Kalau mau ke toilet, bilang dulu,
dong!” ucapnya sambil menatapku. Aku balas menatapnya tak kalah galak. Kita
sama-sama berhenti jalan di trotoar jalan dan mulai berargumentasi.
“bilang?
Memangnya aku aegi yang harus bilang pada eommanya apa?” “tapi kan kau jadi asistenku
sebulan ini. Jadi aku pantas mengetahui keberadaanmu” aku langsung menatap
tanah.
“lagipula,
kita kan cuma berdua. Jadi, jika kau hilang.. aku kan harus bertanggung jawab”
ujarnya pelan. Sepelan apapun ucapannya, aku bisa mendengarnya. Karena jalanan
mulai sepi.
~”~
-Lee Taemin
pov-
Aku
menhempaskan badanku pada sofa. Ugh, rasanya seluruh badanku renta sekali. Aku
tidur di atas sofa sembari mengambil asal bantal didekatku dan langsung
memeluknya.
“ugh,
selimut..” gumamku pelan dan langsung bangun dan menyambar selimut yang berada
di sofa. Ah, mengapa pagi ini dingin sekali? Aku melirik pada kalender.
Sekarang akhir bulan September, musim dingin sebentar lagi tiba.
Aku menutupi
seluruh badanku(termasuk muka) ke dalam selimut. Niatnya sih, ingin tidur. Tapi
aku sedang tidak bisa tidur. Rasanya aku gelisah terus. Padahal, sofa inilah
temanku jika aku begadang di sekolah.
Tik, tok
tik, tok tik,tok .. aku menggaruk kepalaku sambil menjenggut rambutku. Suara
jam itu membuatku gila! Akhirnya aku kembali duduk di sofa. Tanpa menjejakkan
salah satu kakiku pada lantai. Dan menyelimuti badanku(tidak termasuk muka).
Mungkin,
jika seseorang melihat keadaanku sekarang, mereka pasti mengira aku ini zombie.
Mukaku pasti sangatlah kacau. Tanpa melihat pada kacapun aku sudah bisa
merasakannya.
Aku menatap
kosong pada kemasan obat yang sudah habis. Kurasa sebaiknya kubunuh apoteker
tukang bohong itu. Karena ia telah menipuku dengan meminta uang tambahan dua
ribu won karena ini obat tidur yang paling manjur. Dan, kurasa, aku telah
terjebak olehnya.
Insomnia
memang tidak enak. Yah, walaupun aku sudah bertahun-tahun hidup
bersamanya,(author: baca part 2!) aku merasa susah tidurku kali ini sangatlah
berbeda. Aku merasa ada yang janggal dalam diriku. Tapi, entahlah, aku tak tahu
apa itu.
Di saat aku
sedang-sedang asiknya melamun, tiba-tiba terdengar bunyi deritan pintu dan
suara ngebass itu, “loh, kok pintunya gak dikunci? Aneh” aku menengok ke arah
sumber suara.
“HUWAA!
A-AD-ADA ZOMBIEE!!” teriak histeris—konyol Minho hyung saat melihatku sambil
menunjuk-nunjukku. Kutebak, pasti, seluruh fans yeojanya seketika menjadi
‘anti-fan’ saat melihat adegan barusan. Betapa konyolnya seorang Minho hyung
yang dipuja-puja seluruh yeoja berubah menjadi namja penakut yang takut pada
seseorang yang menjelma menjadi zombie(aku ngomong apa sih? ==”).
Eh, berarti,
tebakkanku benar dong, kalau aku, sedang mirip zombie?
>>oKAI,
Taemin ngegaje time skip<<
“oh,
ternyata hanya Taemin. Kukira zombie
beneran” hanya?! Terus, kalau aku beneran
zombie, hyung mau apa? Meninjuku dengan bola basket yang selalu hyung bawa? Oh,
ayolah.(author: taem, bola nya dibawa ke toilet juga? Taemin: tauk. Tapi kayaknya
iya tuh -3-)
“hey, kenapa
mukamu kusut gitu? Perlu ku setrika?” banyolnya sambil ketawa-ketawa sendiri.
Dari dulu Minho hyung terekenal diantara member lain orang yang suka nge-GARING
alias suka ngebanyol, tapi gak lucu sama sekali.
Ia
mengehentikan tawanya karena melihat mukaku yang makin ‘angker’ aja. Ia duduk
di sebelahku dan membuka topik baru.
“kamu tahu gak Taem? Club basketku membuka pendaftaran bagi anggota baru. Ikut
yuk. Kan badanmu lincah, Taem! Ini terbatas, loh! Dateline nya sampai besok.
Kita perlu anggota untuk turnamen musim dingin nanti.” Cerocos Minho hyung
dengan satu nafas. (flammers: WA! MINHO OPPA SUDAH LATIHAN UNTUK IJAB KABUL
PERNIKAHANKU NANTI DENGANNYA! KYAA! >< Minho: ngeri.. siapa lagi yang mau
kawin sama lo.. author: sama aku aja yok! *bawa kabur *ditongseng flamers(?))
(Author:
lanjut yuk ke cerita! ^o^)
-Author pov-
“enggak” ucap
Taemin. “enggak apa?” “aku enggak mau ikut.” “oh, ayolah Taem. Ini kan
kesempatan langka. Lagian, kalau kau ikut, kau akan semakin banyak punya fans
yeoja. Nih bukti” ujar Minho sambil menunjuk-nunjuk dirinya sendiri. (author:
Minho PD berat -_-)
“gak butuh.”
“mwo?” “aku gak suka basket.” “kan kalau belum coba belum tentu suka” “terserah
hyung sajalah.” “ oh, ayolah Taem. Kita kan bisa latihan sama-sama tiap hari”
“IDIH! LATIHAN TIAP HARI DINGIN-DINGIN GINI? OGAH”
“yak!
Dengarkan aku dulu Taem-“ “URUS URUSAN HYUNG SENDIRI! AKU CAPEK” teriak Taemin
sambil berlari keluar dari dorm.
“YAK! NEO-“
Teriak Minho yang hanya dibalas oleh bantingan pintu.
~”~
-Lee Taemin
pov-
Aku berlari
sampai ke taman sekolah. Aku menengok kebelakang. Rupanya, Minho hyung tidak mengejarku.
Aku memeluk diriku sendiri yang berbalut kemeja seragam kusut. Uhh, seharusnya
aku membawa jaketku tadi di dorm.
Tapi,
biarlah. Aku malas bertemu Minho hyung lagi. Sikap overprotect nya padaku memang sudah ada sejak kita memulai SHINee.
Tapi, kali ini beda rasanya. Aku merasa sangat risih jika disuruh-suruh seperti
itu.
Entahlah,
mungkin itu memang tanda sayang mereka padaku sebagai seorang maknae. Tapi, aku
merasa bahwa aku tak suka diatur-atur. Karena, menurutku, akulah yang berhak
mengatur hidupku sendiri.
Aku duduk
pada bangku taman kosong. Dan menatap lurus pada rerumputan yang berembun itu.
Apa.. ini
satu-satunya jalan yang terbaik?
~”~
-Jung Na Ra
pov-
Aku berjalan
perlahan di koridor utama menuju lantai 3. Aku menghirup nafas dalam berkali-kali,
meresapi udara sejuk pagi ini.
Aku suka
musim dingin. Karena, di saat itulah kita bisa berkumpul dengan keluarga pada
malam natal, membuat boneka salju, meminum coklat panas, dan bermain ski. Aku
cukup handal dalam ski.
Aku memasuki
ruang kelas dengan senyum yang tidak dipaksakan sama sekali. Dan langsung
menghambur pada chingudeul.
Semua chingu
ku sudah datang. Memang, diantara kami berempat akulah yang datangnya yah..
tidak bisa dibilang pagi tapi tidak pernah terlambat.
“annyeong chingudeul!!”
seruku sambil menyunggingkan seulas senyum. Mereka membalasku dengan senyum.
Tapi, rasanya ada yang berbeda. “annyeong Na Ra ya” jawab Han Na sambil
tersenyum. Aku merasakan ada suatu perasaan janggal dalam senyumnya itu.
“waeyo?”
tanyaku sambil ikut duduk dengan mereka sembari membuka jaketku. Mereka semua
diam dan menatapku dengan tatapan.. yah, memohon? Entahlah. Jika ya, tumben
sekali. Aku menatap mereka dengan tatapan ‘ada-apa-ini-sebenarnya-?’ sambil
melipat jaket.
Belum
selesai aku melipat jaket ku, Eun Joo mendekat padaku dan membisikkan sesuatu padaku,
“kurasa kau
harus memakai jaketmu lagi deh. Lee Taemin sedang menunggumu di taman”
Mulutku
sudah siap untuk protes dan bertanya, Han Na dan Hye Ra langsung sigap
memakaikan jaketku dan mendorongku keluar.
~”~
Aku berlari
sekencang mungkin. Bukan karena kehendakku. Melainkan keinginan mereka bertiga.
Ucapan Hye Ra dan Eun Joo rasanya masih mendengung di gendang telingaku.
>>Flashback<<
“cepat!! Kau
harus segera menemuinya!!” ucap Hye Ra berbisik tapi seperti yang ingin
berteriak. “wae?! Aku kan baru saja datang kenapa dia sangat-“ ucapanku
langsung ditahan oleh tangan Eun Joo.
“dengarkan
dulu aku ya, Jung Na Ra. Kami bertemu dengan Taemin di taman. Dia tampak sangat
pucat. Dia tidak memakai jaket sekalipun. Dan saat kami berpapasan, ia bertanya
apakah kami chingu dekatmu, kami bilang ya, terus ia meminta untuk bertemu
denganmu jika kau sudah datang secepatnya” terang Eun Joo sambil berbisik pada
telinga kananku. Membuatku geli.
“dan, jangan
terlalu berisik. Taemin tadi meminta kami untuk tidak memberitahukan pada
siapapun. Jadi kau-“ “arra, arra! Hoksi, kenapa harus sekarang, tidak nanti-“
ucapku setelah melepas tangan Eun Joo dari mulutku
“kata
Taemin, kau menjadi asistennya satu bulan. Jadi, kalau kau tak datang, kau akan
mendapatkan hukuman” aku mengerinyit memandang Hye Ra yang barusan menjelaskan
dengan berbisik. Membuatku geli lagi.
Aku
memandang mereka satu persatu. Tampaknya hanya Han Na yang tidak bersuara dari
tadi. Ia memandangku dengan penuh kekhawatiran. Aku beranjak dari kursiku,
“arraseo,”
ucapku sambil berlalu pergi.
>>Flashback
Off<<
HAH HAH HAH.
Aku sedang mengontrol nafasku. Dimana bocah itu? Aku mendongak melihat sekelilingku
sambil berjalan berkeliling taman.
Nah, itu dia!
Sedang duduk melamun menatap rumput. Hah? Pucat darimana? Melihatnya saja
seperti sedang berakting dalam drama-drama saja. Aku pun mulai mendekatinya.
“Lee
Taemin-ssi” panggilku. Hening. Ia benar-benar melamun atau sedang kerasukan jin
kesepian sih?
“Taemin-ssi”
panggilku dengan suara yang cukup keras. “Taemin-ssi!” aku melambai-lambai
tanganku di depan matanya. Walau matanya terbuka, ia tidak merespon sama sekali
Tetap tanpa jawaban. “sekali ini saja” ucapku pelan dan menggoyang-goyangkan
pundaknya, “Taemin-ssi, ireona!”
Di saat itu
Taemin langsung sadar dan mendongak ke arahku. Aku baru sadar sekarang, mukanya
sangatlah pucat pasi. Dan pundaknya sangat dingin. Sudah berapa lama ia duduk
disini?
“Na Ra ya..”
ucapnya lemah. Aku langsung menyingkirkan tanganku dari pundaknya. “ada apa?”
tanyaku dingin. “duduklah dulu” ujarnya pelan sambil menepuk-nepuk bangku yang
ia duduki.
“sudahlah.
Aku sedang tidak ingin berbasa-basi. Waeyo Taemin-ssi?” aku tetap berdiri
sambil menyilangkan lengan di dada. Ia menatap rerumputan lagi sambil berkata,
“ooh.. kau sedang buru-buru?” entahlah, aku merasa suaranya sangatlah pelan.
Aku tidak
mengindahkan perkataannya dan langsung bertanya, “kau sakit? Mengapa kau pucat
sekali?” aku langsung duduk disebelahnya. Ia mengangguk, “nan gwaenchanayo”
ujarnya dengan senyum. Senyum yang..
Kita terdiam
sesaat, sebelum ia membuka mulut lagi, “kau peduli padaku Na Ra ya?” aku menatap
heran padanya. Mengapa aku merasa.. ia tiba-tiba menjadi super melankolis gini?
“molla” ujarku singkat, tapi jujur.
“jinjja?”
tanyanya membuatku frustasi. Mengapa aku harus melewati pagi seperti ini?
Padahal aku sudah senang sekali eomma tidak berpergian hari ini. “ne. mengapa
kau menanyakan hal-hal aneh padaku? Kau sakit? Mau kutemani ke UKS?”
Ia
menggeleng pelan. “alasanku memanggilmu kesini karena ada suatu hal kuperbaiki”
aku paling gak suka jika seseorang mengubah topik pembicaraan tiba-tiba.
“perbaiki apa?” ucapku sambil meliriknya sebal.
“kau pantas
memenangkan taruhan ini. Karena aku berbuat curang.” Ujarnya sambil
memandangku. “kau… curang?” “ne. sebelum ku menawarimu taruhan ini, aku sudah
tau kau adalah yeodongsaeng Yong Hwa sunbaenim.” Aku tertegun.
“dari mana
kau tahu itu?” “saat hari pertama aku mengenalmu, aku mengantarmu sampai ke
rumah, walau di rumahmu aku hanya bertemu nyonya dan tuan Jung, tapi aku
bertemu Yong Hwa hyung di depan rumahmu..”
>>Flashback<<
-Author pov-
“gamsahamnida
nak Taemin” “sama-sama ahjumma” KRIEEK. Pintu pun tertutup. Taemin pun perlahan
keluar dari pagar sambil bergumam pelan, “semoga ia cepat sembuh.”
Saat
beberapa langkah menjauh dari rumah Na Ra, terdengar suara namja yang berseru,
“eo, Taemin ah?” Taemin langsung menengok kearah suara tersebut, “ohh.. Yong
Hwa hyung?” Yong Hwa mendekat dan mereka pun bersalaman ala namja. (reader:
salam ala namja? Author: itu loh, salam yang salam-tangan kayak panco-pelukan)
“sedang apa
kau disini?” taemin malah balas bertanya, “hyung juga, mengapa ada di sini?”
bukannya marah, Yong Hwa hanya tertawa. Membuat Taemin sedikit bingung. “hahaha..
rupanya kau sudah besar Taem. Aku tinggal disini, itu rumahku” jawab Yong Hwa
sambil menunjuk rumah Na Ra.
Taemin
terkejut dan ber-oh-ria. “bagaimana jika kau mampir dulu ke rumahku?” Tanya
Yong Hwa. Taemin sedikit terkejut dan menjawab, “ehhm.. ne, ne.. bo-bolehh”
“sudahalah. Tak usah grogi. Kau pasti tak mau kan masuk ke rumah ini dua kali?”
Taemin terkejut. Sangat. Ia seperti membuat muka ‘mengapa-hyung-ini-tau-?’
“ Kita makan
tteokbeoki saja. Aku punya tempat langgananku. Dekat sini kok, aku yang
traktir” ujar Yong Hwa tanpa basa-basi langsung menyeret Taemin menjauh dari
rumahnya.
~”~
“dua
tteokbeoki! Iya, ini pesanan anda!” ujar seorang pelayan sambil menaruh dua
mangkuk tteokbeoki yang masih panas. “kau mau minum?” Tanya Yong Hwa. Taemin
yang sedari tadi melamun, terkejut dan sambil menggeleng-gelengkan kepala ia
menjawab, “terserah hyung saja”
“arra. Aku
pesan dua cola” “baik tuan” jawab si pelayan sambil berlalu pergi.
“dimakan,
sana. Mumpung masih panas” ujar Yong Hwa yang sudah menikmati potongan
pertamanya. Taemin hanya melihat tteokbeoki miliknya tanpa selera sama sekali.
“Yong Hwa
sunbae,” panggil Taem. “ehm, wae?” Tanya Yong Hwa dengan mulut penuh. “hyung
tau aku barusan dari rumahmu?” Tanya Taemin to the point. Setelah menelan, Yong
Hwa meneguk setengah gelas cola—yang barusan datang—dan bertanya,”kau teman Na
Ra?”
Taemin
menggigit tteokbeoki pertamanya dan menggeleng, “aku baru bertemu dengannya
hari ini.” “baru bertemu? Bukannya kalian satu angkatan?” “molla hyung. Aku
juga baru—eh, hyung kau kenal dengan yeoja bernama Jung Na Ra?”
“tentu saja.
Dia yeodongsaeng ku Taem” taemin kaget sampai mulutnya menganga lebar. (author:
Taem cengo ih==) “jinjja?” Tanya Taemin histeris seperti mendapat kabar akan
datangnya perang dunia ketiga (?).
“bersikaplah
biasa, Taem! Memangnya ada apa dengan dongsaeng ku?” “ah.. aniya, hyung. Tak
ada apa-apa” Yong Hwa menatap curiga dan minum colanya lagi. “kau suka padanya
ya?” goda Yong Hwa.
“ne?” Tanya
Taemin. “aniya” “ah.. bagaimana dengan SHINee? Semuanya baik-baik saja kan?”
Yong Hwa mulai mengubah topik pembicaraan. “ne, SHINee baik-baik saja, hyung.
Hyungdeul juga. Kami kangen bertemu CNBlue sunbaenim. Bagaimana dengan CNBlue
hyungdeul?”
“ahh..
baik-baik saja. Namun, sekarang kami memang jarang bertemu karena kesibukan
masing-masing. Aku usahakan kami akan datang ke sekolah. Kami ingin bertemu Cho
songsaenim. Beliau masih mengajar?” “ne, Cho songsaenim masih mengajar. Aku
selalu ingat jika kita bertanya tentang CNBlue, songsaenim pasti menceritakan
tentang pernah mengskors hyungdeul sebulan tidak masuk dorm.” Jawab Taemin
sambil menahan ketawa.
“yahh..
songsaenim killer itu memang selalu mengumbar-umbar aib orang lain. Jangan kau
ulangi kesalahan kami ya” ujar Yong Hwa sembari mengacak-acak rambut Taemin.
Perbincangan
mereka mulai bercabang pada musik, songsaenim di Seoul High School, dan kenangan-kenangan
saat manggung dulu SMA. Saat mangkuk dan botol yang dihadapkan mereka sudah
habis tak bersisa, Yong Hwa barkata, “ah.. sudah ya Taem. Nampaknya hari mulai
gelap. Kapan-kapan kontak hyung ya” Taemin hanya menjawab Yong Hwa dengan
anggukan.
Namun,
tiba-tiba terlintas suatu pertanyaan dalam benak Taemin, “jjamkamman, hyung!”
Yong Hwa yang sudah berdiri menengok kearah Taemin, “ne?”
“boleh aku
bertanya sesuatu? Ehm.. hyung, apa hyung tahu apa kesukaan Na Ra?”
>>Flashback
Off<<
-Author pov-
“lalu, Yong
Hwa bercerita soal kau yang suka mendengarkan musik. Jadi.. yang memberikanmu
alat perekam itu aku. Kukira, kau suka ballad. Tapi ternyata dugaanku salah.
Aku teringat cerita Hyung yang bilang kau suka lagu-lagu CNBlue. Jadi kurasa
itu alasannya saat manggung pertama kali SHINee, aku menyanyikan lagu CNBlue
sunbaenim.
Aku merasa
tidak akan mungkin menyanyi lagu bergenre rock. Karena, kelebihanku di musik
pop dan ballad. Tapi ternyata aku bisa. aku terk-“ cerita panjang lebar Taemin
tertahan sebentar. “Yong.. apa Yong hanya menceritakan itu? Tidak lebih?” Tanya
Na Ra yang tampak dari nadanya terlihat gugup.
“mwo? Yong?
Nugu?” “Yong, Yong Hwa oppa” jawab Na Ra dengan getir. “ne, hanya itu” jawab
Taemin sambil menilik Na Ra yang tidak sedang menatapnya.
Suara Taemin
mulai kembali mengecil, “jadi, karena itulah, kaulah yang memenangkan taruhan
ini. Sesuai kesepakatan sebelumnya, kita.. kita.. tidak akan pernah bertemu
lagi.”
-Lee Taemin
pov-
Aku
menatapnya setelah bercerita panjang lebar. Wajahnya.. bagai telah dihadang
badai dan petir saja. Aku merasa bersalah. Apa benar tindakanku ini? Tiba-tiba
ia menjadi kaku. Seperti sedang ada perang dalam benaknya. Aku menatapnya iba,
mianhae Na Ra ya..
Na Ra
kemudian beranjak dari kursinya, dan menghadapku. “gomawo untuk kejujurannya.
Nampaknya ini terakhir kita berbicara seperti ini. Senang mengenalmu
Taemin-ssi.” Ujarnya tanpa ada keraguan.
Ia
mengulurkan tangannya. Aku lekas berdiri dan membalas tangannya. Kita
bersalaman sambil menatap masing-masing. aku teringat tatapannya seperti
pertama kali aku bertemu dengannya di rooftop sekolah. Tatapannya.. seperti
mengandung amarah dan kesedihan yang amat.
Kemudian ia
melepas tangannya dan berkata pelan, “masuklah ke dalam Taemin-ssi. Disini
dingin. Lebih baik kau memakai baju hangatmu jika tidak mau terkena
hipertemia.” Ujarnya kaku. Aku hanya mengangguk sambil melihat punggungnya yang
semakin lama menjauh pergi.
~”~
Aku menuruni
tangga dengan semangat. Memasuki arus murid-murid yang lain yang berhamburan di
koridor. Dan memasang wajah-tanpa-dosa dan menuju ke dorm.
Tanpa dosa?
Ya, aku melewatkan beberapa mata pelajaran hari ini. Baru pertama kali aku
seperti ini, membolos pelajaran karena dorongan diri sendiri, bukan orang
lain(Author: yg di part 1 kan gara-gara Minho dan Jonghyun^^).
Aku
menhempaskan diri di sofa sambil meneguk jus jeruk yang entah punya siapa.
Hampir seharian ini aku mengurung diri di rooftop. Tapi setelah jam istirahat
kedua, aku turun dan menuju ruangan ini. Karena hari makin dingin, dan aku
tidak memakai jaket karena tertinggal disini.
“ahhh,
begitu. Setelah membentakku tanpa alasan, sekarang kau berani-beraninya
merampas minumanku ya!!” aku terkejut dan melihat Minho hyung yang sudah
berdiri disampingku sambil melipat tangannya di dada.
Tiba-tiba
aku tersedak. Aku memukul-mukul dadaku. Dan Minho hyung segera duduk
disebelahku, “gwaenchana?” “uhuk! Uhuk! Ne..” kukira Minho hyung meminta maaf
padaku dan berkata tidak akan mengagetkanku lagi ehh, malahan,
“salah
sendiri sih! Mengambil minuman orang lain sembarangan! Rasakan pembalasan
tuhan, Taem!” aku menatapnya heran, sejak kapan Minho hyung menjadi sok
religius gini? -__- “mian, hyung.” “arra. Untung kau tidak meminum semuanya..”
ujarnya sambil merebut botol yang kupegang dan menegak habis semuanya.
“mianhae,
hyung. Soal yang tadi pagi” “oohh.. jadi karena itu kau membolos empat
pelajaran langsung? Songsaenim pasti mengira kau absen karena tasmu saja tidak
ada di meja!” tuduhnya. Idih, mengurung diri selama itu karena hanya
memikirkannya? Hahaha.. hyung ini, terlalu kepedean.
“hahahaha…”
aku hanya bisa menjawab seadanya, tertawa tanpa semangat. “sudah kuduga! Taem,
bukannya hyung ingin menjauh darimu. Tapi, sudahlah. Jika kau membolos hanya
karena hyung, janganlah. Nanti akademik mu akan turun.. jadi, nanti masuk ya”
aku hanya menangguk pelan sambil menyambar kentang goreng yang Hyung bawa.
Aku
meliriknya kecil. Minho hyung ini.. jika kita berkumpul, ia pasti yang tidak
banya berbicara dan gayanya selalu cool. Tapi, jika hanya berdua denganku, ia
sangat cerewet sekali. Seperti menambahkan tingkat kecerewetan Key hyung dan
Jonghyun hyung, sama dengan tingkat kecerewetan Minho hyung padaku(Author:rumus
ala Lee Taemin!(?))
“jadi,
hyung, kau memaafkanku gak?” tanyaku. Minho hyung yang mulutnya dipenuhi
kentang goreng dan sedang membuka cola, melihatku. “eo? Dendu waja dem(eo?
Tentu saja Taem)” aku hanya melihatnya tanpa ekspresi ==’
“sudah ya
hyung. Aku mau ke kelas dulu..” ia langsung menahanku. “sebagai penebus
kesalahanmu tadi, mau gak kamu bantuin hyung?” tanyanya dengan ucapan yang
jelas. “bantu apa?” “Key hyung tidak masuk hari ini. Jadi, kau bisa
menggantikannya? Temani aku latihan klub basket dari pulang sekolah sampai jam
7. Di lapangan outdoor ya. Aku tunggu Taem.”
~”~
WIDIIHH..
ternyata dibalik topeng ‘Flamming Charisma’(Author:nada dibuat rada ngejek
=p)-nya, ternyata tersembunyi kelemahannya yang benar-benar.. tak masuk akal.
Menemaninya
latihan basket?! Yang benar saja?! Memangnya ia tidak punya anggota tim yang
lain apa? Rasanya seperti manajer klub basket yang mengurus kapten tim saja.
Hhh… anak
manja itu. Setidaknya ini untuk kali pertama dan terakhir kali. Hanya untuk
membayar kesalahanku—yang sebenarnya aku pun tak tahu dimana letak
kesalahannya. Aku melirik arlojiku. Sepertinya aku harus bergegas.
-Jung Na Ra
pov-
Aku melipat
lenganku di dada dan memperbaiki dudukku agar lebih nyaman. Kenapa aku
mau-maunya mengikuti permintaan mereka?! Huh, mereka ini.. dasar maniak.
“KYAAA!!
LIHAT, LIHAT!! MINHO OPPA MELAKUKAN SLAMDUNK! KYAA!! SARANGHAE OPPAA” aku
menatap kesal pada sumber suara. Yah, itu mereka, Hye Ra dan Eun Joo. Saat
pulang sekolah, aku dan Han Na diseret oleh mereka menonton latihan klub basket
yang sebentar lagi mengikuti pertandingan musim dingin.
Tentu saja,
awalnya aku menolak, ‘kalau kalian mau menonton, nonton aja sana!’ tapi mereka
langsung memasang muka marah. Han Na pun menyuruhku untuk bersabar kali ini
saja. Aku menatap muka memohon Han Na dengan muka iba. Setahuku, ia juga tidak
‘maniak’ seperti dua monster itu.
Akhirnya aku
pun mengalah dan memilih duduk diantara Han Na dan Eun Joo. Aku menerima ini
karena tak sanggup melihat muka Han Na. ia memang terkenal pendiam dan sabar..
berbeda jutaan derajat denganku dan yang lain. Tapi aku senang memiliki sahabat
sepertinya.
Aku menopang
daguku. Perlahan-lahan menunduk dan mencoba untuk tidur. Ini sangaaaat
membosankan. Melebihi membosankannya matematika. Belum saja aku menutup mata,
tiba-tiba aku terbangun oleh suara Eun Joo,
“ahh.. aku
sangat haus. Aku ingin beli soda yang ada di sana” ia berkata sambil menatapku.
Ia sengaja, huh? Aku pun mengikuti arah matanya menuju mesin minuman yang
berada di belakang kita duduk. “beli saja sendiri, Eun Joo ya” jawab Hye Ra
santai dan matanya tetap menghadap lapangan. Dasar maniak.
“yahh.. aku
sih mau aja beli. Tapi, kebetulan, uangku sedang banyak jadi.. bagaimana kalau
kita membuat sebuah permainan? Yang menang dapat minuman gratis dariku!”
tantang Eun Joo. Hye Ra, yang dari tadi khusyu menatap depan langsung melirik
Eun Joo dengan penasaran. “aku ikut!!” serunya.
“kalo
pesertanya Cuma satu sih.. gak asik.” Ia pun menatapku lagi. Kuladeni ia dengan
sepenuh hati, kapan lagi dapet minuman gratis? “baiklah. Aku ikut. Apa
permainanmu?”
~”~
Rupanya aku
dijebak oleh siluman maniak itu! Hah, sudah kuduga, harusnya aku sudah curiga
sejak awal.
“kenapa
kata-katanya harus begitu??” tanyaku kesal. “yasudah. Kalau kau menolak juga
tak apa.” Eun Joo langsung memalingkan mukanya. Cih, dasar maniak licik!
“arra..
arra. Aku akan berteriak sekarang juga.” Ucapanku langsung disambut hangat dua
maniak. Aku tak sempat melihat keadaan Han Na saat itu.
Demi
minuman.. ini hanya demi minuman…
“KYAAA!!!
MINHO OPPA~ KAU SANGAT GANTENG! AKU MAU MENJADI YEOCHIN MU~~ “ aku langsung
menutup muka menahan malu. Seingatku, saat aku berteriak, Minho melihatku juga.
Haduhh.. mau kusimpan dimana muka ini? Eun Joo.. kau harus membayar semua ini!
PRAANG!!
PRANG!!
Terdengar
suara kaleng yang cukup kencang. aku langsung menengok belakang, arah mesin
minuman.
Rasanya..
waktu tiba-tiba berhenti.
Sosok itu
langsung lari pergi menjauh.
Entah
mengapa, badanku langsung bangkit dan mengikuti sosok itu,
“TAEMIN-SSI!
JJAMKKAMAN!!”
-tbc-
Penasaran? Penasaran?
Tunggu ya kelanjutannya^^ -JiHyun-