Senin, 28 Januari 2013

I Just Want To Say...


Title: I Just Want To Say....
Genre:Romance , angst(?)
Rating: General Audience(G)
Cast  :
Main: Kim Jong Dae a.k.a Chen (EXO-M), Park Min Soo(OC)
Other: Park Chan Yeol (EXO-K)
Lenght: Vignette
Author: Oh Sae Hee
Disclaimer: All the casts except OC are belongs to God and their self. Ceritanya 100% buatan author.... So... Don’t Bash n be Plagiator!

Note: Annyeong Readers! Ini FF debut author yang menurut author paling sukses + berhasil  ... dan sangat butuh kritik dan saran... Don’t be silent readers okay???Mian kalau rada jelek atau jelek banget ya... dan kalau masih ada sedikit typo.. kekeke~~^^ Happy reading all!! ^^V

Oh.. ya.. FF ini juga di post di blog Author yang satu lagi...
Littleplaceforkpop.wordpress.com [Visit  this blog too... Ok??]

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
---Kim Jong Dae POV---

“Jong Dae-ah... Apakah kau masih sakit?” Terdengar suara seorang yeoja. Walaupun volume suaranya sangat kecil tapi tetap berhasil membuatku terbangun dari tidur nyenyakku.

“Hmm...?” Dengan terpaksa aku harus terbangun dari tidurku. Aku pun membuka mataku.

Pandanganku masih belum jelas, aku sedikit melihat bayangan seorang yeoja di sebelah kasurku. Aku pun sedikit mengusap kedua mataku sambil mengubah posisi tidurku menjadi posisi duduk.

“Ah.... Jong Dae-ah... Jeongmal mianhae... Aku tak bermaksud membangunkanmu...” Kata yeoja yang sedang duduk di sebelahku. Terlihat dari kedua matanya, dia sangat kaget karena telah membangunkanku.

“Arraseo... Min Soo-ah...” Kataku kepadanya sambil mengusap puncak kepalanya pelan dan tersenyum manis kepadanya.

“Arraseo? Aku telah membuatmu terbangun dari tidur nyenyakmu....           

“Eum...?Sudahlah jangan menyalahkan dirimu sendiri...”  

“Setiap aku membuat kesalahan kau selalu berkata arraseo atau nan gwaechana.. Bisakah kau menyalahkanku untuk sekali saja?”

Bagaimana aku bisa menyalahkanmu Min Soo-ah?

Melihatmu dimarahi orang lain saja aku sudah tidak sanggup, apalagi harus memarahimu... Tentu saja aku tidak sanggup! Kamu mau tahu mengapa?

Itu semua karena aku mencintaimu....

“Ya! Kenapa diam?!”Tanyanya membuatku  tersadar dari lamunanku.

“Ani... Aku hanya tidak ingin membuat sedih..” Kataku sambil memamerkan senyuman terbaikku kepadanya.

“Huh... Tapi tetap saja aku salah...”Katanya sambil memanyunkan bibirnya.
Sungguh... saat dia sedang seperti ini, dia sangat  manis sekali.

“Bagaimana kalau hari ini kita jalan-jalan?” Tanyaku kepadanya.

Dia mengangkat wajahnya dan menatapku. Lalu menjawab. “Aneh... Baru saja kemarin sakit, sudah minta jalan-jalan hari ini... Memang suhu badanmu sudah normal?”

“Molla... Tapi aku sudah merasa lebih baik... Untuk apa aku berdiam diri di kamarku bukan?”

“Huu... Terserah kau saja... Tapi,jika kamu akhirnya jadi tambah sakit jangan salahkan aku... oke?”

“Eum... Arraseo...”

“Baiklah, kalau begitu cepat mandi dan bersiap-siap. Aku akan tunggu di bawah. Jangan lama-lama!” Katanya memberi arahan kepadaku.

“Ne... ne...”Kataku sambil mengangguk-angguk tanda aku mengerti perintahnya.

~~~~
“Min Soo-ah!!”

 Diaa menoleh dan dengan cepat aku pun mengambil gambarnya menggunakan kamera yang tergantung di leherku.

Dia pun sedikit kaget dan memanyunkan bibirnya sambil berjalan mendekatiku.

“Hei... Jangan cemberut seperti itu... Mungkin aku akan menyesal jika aku tidak mengambil gambarmu tadi..”Kataku sambil memperhatikan hasil gambar yang ku ambil dengan kameraku.

Seorang yeoja yang sedang memakan gula kapasnya, tampak sangat cantik  dan sangat manis. Ya tepat seperti itu gambar yang sedangaku perhatikan.

Min Soo pun segera merebut kameraku dari tanganku. Dan tanpa disengaja, tangan kami bersentuhan.

Karena hal itu, jantungkku berdebar lebih cepat  dan entah mengapa napasku pun sedikit tidak beraturan.Sedangkan yeoja yang berada di sebelahku terus mengotak-atik kameraku. 
Sepertinya dia tidak merasakan hal yang sama seperti apa yang kurasakan

“Jong Dae-ah.... Apakah kamu tidak bosan mengambil gambarku dengan kameramu terus... huh?” Tanyanya sambil mengalihkan pandangannya sebentar ke arahku.

“Ani... Memangnya kenapa? Kamu tidak suka aku mengambil gambarmu terus?” Aku pun berbalik menanya kepadanya.

“Tidak... Hanya sedikit aneh... Karena di kameramu ini, banyak sekali gambarku...”
Aku hanya tertawa kecil mendengar perktaannya tersebut.

“Kamu adalah objek yang paling aku suka ambil gambarnya... Mungkin beberapa minggu lagi akan lebih banyak gambarmu di kamera itu...” Kataku santai.

“Kau ini memang aneh... Aku ingin naik roller coaster lagi....” Katanya dengan manja kepadaku sambil menyerahkan kameraku dan menunjuk ke arah roller coaster  yang tak jauh dari tempat kami.

“Mwo?! Kitakan baru menaiki wahana itu tiga puluh menit yang lalu...” Kataku sedikit mengeluh kepadanya.

“Ayolah... Jong Dae-ah... Hanya sekali lagi saja...”Dia pun menatap mataku dalam, berusaha meyakinkanku agar aku mau menuruti perkataannya.

“Baiklah tapi hanya sekali saja... Oke??”

“Oke!” Jawabnya bersemangat lalu menggenggam tanganku dan menarik tubuhku ke arah wahana tersebut.

Dan... Lagi-lagi , jantungkku berdebar lebih cepat, napasku  sedikit tidak beraturan, tubuhku melemas, dan pipiku memerah..

Sebenarnya, aku benci dengan ketinggian... Dan aku harus menaiki roller coaster dua kali hari ini... Aku memang merasa ketakutan, tapi aku senang karena Min Soo akan menggenggam tanganku erat dan menenangkanku setelah itu...

Mungkin aku sedikit kesal karena harus membeli memory card baru untuk kameraku setiap bulan karena hampir semua isi memory cardku terisi oleh gambarnya yang aku ambil. Tapi, aku tidak menyesal harus menyisihkan uang saku bulananku karena hal itu...
Kamu tahu mengapa aku melakukan hal yang aku tidak suka saat dia memintaku untuk melakukan tersebut?

Ya, tentu saja karena aku mencintainya.
~~~

“Mau pesan apa?” Tanyaku ramah kepada yeoja yang sedang ada di depanku. Park Min Soo.

“Mmm.... Sepotong cheese cake dan segelas teh dingin ....” Jawabnya ramah.

“Baiklah.. Tunggu sebentar... Aku akan memesankannya.. Oke??”

“Eum... Jangan lama-lama ya...”

Aku pun beranjak dari kursi dan berjalan menuju meja pemesanan.

Setelah itu aku pun menyebutkan semua pesanan kami kepada seorang pegawai di café itu dan menunggu pegawai tersebut menyiapkan semua pesanan kami.

Tapi, jika dipikir-dipikir... Sepertinya sudah cukup lama aku menyukai seorang Park Min soo. Bukan.. Bukan menyukainya.. Tapi, lebih tepatnya lagi aku mencintainya...

Aku sangat ingin sekali mengucapkan kata-kata manis kepadanya setiap hari, memanggilnya dengan kata-kta yang manis, menyanyikannya  lagu yang dia suka, dan melakukan sesuatu yang dia suka bersamanya. Aku hanya ingin dia menjadi milikku untuk selamanya dan memastikannya selau ada di sisiku untuk selama-lamanya..

Apakah aku harus menyatakan persaanku padanya? Tapi aku tahu itu sangat tidak mudah.
Bagaimana jika dia ternyata tidak mempunyai perasaan yang sama kepadaku? Atau sebaliknya, ternyata dia mempunyai perasaan yang sama kepadaku?

Tapi, aku sangat menginginkannya... Dan sebelum aku mendapatkannya aku harus mengungkapkan peraaanku kepadanya... Ya... Tak masalah  nantinya dia akan menolakku atau tidak. Mungkin ada perasaan canggung diantara kami nantinya. Tapi aku harus tetap menyatakan perasanku ini. Ya.. mungkin sudah saatnya..

Setelah pegawai itu meletakan semua pesanan kami di subuah nampan, aku pun membayar seluruh pesanan tersebut dan setelah itu berjalan menuju mejaku dan Min Soo.

Aku sudah memantapkan hatiku untuk menyatakan perasaan ini. Aku akan menyatakannya saat ini juga!

Tinggal beberapa langkah lagi menuju mejaku dan Min Soo. Hatiku pun berdegub sangat cepat, dan membuat nafasku sedikit tak beraturan.

Ayolah... Kim Jong Dae... Kamu pasti bisa! Kamu hanya perlu duduk di depannya lalu berkata ‘Min Soo-ah... Saranghae-yo... Would you be my girlfriend?’
Aku pun mempercepat langkahku.

DEG!

Namun... Dia sedang bersama namja lain...

Tekatku pun runtuh begitu saja... Sepertinya aku tidak bisa menyatakan perasaanku ini.

“Ah...  Jong Dae-ah... Kamu masih ingatkan namjachinguku... Park Chan Yeol?” Tanyanya kepadaku sambil menunujuk seorang namja yang ada di sebelahnya.

Aku pun duduk di depan mereka dan meletakan semua pesanan di meja yang berada di depan kami.

“Ne.... Aku masih ingat..”Jawabku dengan nada datar.
“Kau pasti Jong Dae bukan? Terimakasih karena telah menemani yeojachinguku... Min Soo..” Kata namja bernama Park Chan Yeol itu sambil mengusap puncak kepala Min Soo pelan.

“Ne... Arraseo...”Jawabku sambil tersenyum kecil. Atau lebih tepatnya senyuman yang sangat dipaksakan.

Min Soo pun bersandar  tepat di bahu Chan Yeol, dan Chan Yeol mengelus puncak kepalanya pelan. Sedangkan yang ada di depan mereka hanya melihat tingkah  mereka saja.

Entah mengapa, aku melupakan namja bernama Park Chan Yeol dengan begitu saja. Kami pernah bertemu sebelumnya, tepatnya seminggu yang lalu. Saat Min Soo pertama kali memperkenalkan namjachingunya itu kepadaku.

Aku benar-benar tak ingin mengingat kejadian saat itu. Karena saat itu, hatiku rasanya sangat sakit sekali.

Walaupun aku merasa kecewa karenanya, tapi di lain sisi aku merasa sangat senang karena aku masih bisa menghabiskan waktuku bersamanya walaupun mungkin tak sesering dahulu.

Namjachingunya tak akan marah walaupun aku dekat dengannya. Karena yang  diketahuinya saat ini,  kami berdua hanya bersahabat saja dan perasaan kami terhadap satu sama lain pun tak akan lebih dari seseorang kepada sahabatnya.

Dan jika dia berpikir seperti itu, tentu saja pemikirannya salah. Aku memang tidak tahu perasaan Min Soo terhadapku tapi perasaanku terhadap Min Soo, melebihi perasan seseorang kepada sahabatnya. Aku mencintainya.

Mungkin aku tidak bisa menyatakannya sekarang. Entah, satu hari, satu minggu, mungkin satu bulan, ataupun satu tahun lagi.. Yang pasti aku akan menyatakan perasaanku terhadapnya.
Untuk saat ini, lebih baik aku menghabiskan semua pesananku setelah itu mungkin aku akan mulai memikirkan waktu yang tepat untuk menyatakan perasaanku kedapa Min Soo.

Yang aku tahu, pasti seorang Park Min Soo tak akan pergi jauh dari seorang Kim Jong Dae. Karena aku akan selalu ada disampingnya saat dia senang ataupun sedih.

***Fin***
NB:
OMO!! Akhirnya FFku yang satu ini selese....Mian ya kalau jelek atau mungkin melebihi jelek... dan kalau ada typo juga...Mian kalau endingnya jelek...Maklum belum berpengalaman...Di tunggu kritik dan sarannya...^^


                            

                                                                                                                                                

Minggu, 27 Januari 2013

Does Everybody Love Me? (HanakaiGaze, Oneshoot)


Author: HanakaiGaze  a.k.a Uruhana (Hanifah Schiffer Kurosaki on Facebook)
Cast: The GazettE terutama Kai
Pairing(s): as you know, reixruki aoxuru kaixentahlah
Disclaimer(s): Kai punya Gue! Uru juga! Embat noh sisanya XD – yang penting semua makhluk makhluk ini millik Allah SWT
Chapter: Oneshoot
Genre: MalexMale Relationship, amburadul
Tag(s): the GazettE, fanfic, oneshoot, bahasa Indonesia, typo(s), relationship
Rating: ??

Cuma repost dari Blog HanakaiGaze. fanfic pertama nie di bb-vkei-fic ^o^/
Warning! Genre sedikit melenceng dari straight, malexmale relationship or anything, don’t like don’t read! RCL don’t forgettoo.. all is Kai’s PoV kecuali kalo diberi keterangan (mis: *Normal PoV*) nanti balik lagi ke Kai’s PoV klo udh-an


Douzooooo~~~

Yah, tampang melas mungkin terukir di wajahku. Ada saja hari yang menyambutku. Hari-hari penuh siksaan di jantungku. Andai saja aku sudah mati, mungkin aku tidak akan memendam dan melawan hari-hari menyebalkan ini. Nasibku sebagai single, kembali mengundangku di pagi yang suram ini.

Aku merasa selalu tidak ada yang beres di hatiku. Kedua permata kelereng di mataku selalu menatap ruang bernuansa merah dengan peredam suara setiap hari, dilengkapi dengan perbincangan-perbincangan yang membicarakan kencan, valentine, dsb. Serta daging merah kenyal yang selalu tersenyum dan tertawa, menampilkan gigi-gigi putih nya sambil membelai kulit yang seputih susu. Dan kata-kata cinta, honey, bunny, my sweet baby, oh babe, ikut menghiasi.




Sayangnya itu bukan untukku.




Aku selalu menahan hati ini bergejolak ketika melihat semua itu terjadi. Reita dan Ruki, selalu membelai pasangannya setiap pagi aku ke ruang studio. Aoi dan Uruha, mereka selalu berbincang-bincang dan terlihat sangat senang dihadapanku. Rasanya, jika hati ini memang bisa dikeluarkan dan memiliki wujud rohaniah yang terlihat jelas, aku yakin hati milik mereka bulat, harum, dan berwarna merah segar seperti bunga mawar, detak hati yang tenang. Sedangkan aku, mungkin hatiku tidak berbentuk dan hitam kelam, hancur. Detak hati yang tak terdetect lagi. Sedih rasanya, tapi memang sudah kewajibanku untuk melawannya. Melawan dan menahan hati yang basi dan hina ini.

“Kai-san! Kau sudah datang?”

“Tumbennya kamu telat…”

“Kamu sakit ya? Kok mukanya pucat?”

“Wajahmu pucat, istirahat saja dulu..”


Omong kosong.

Kata-kata sok panik dan sok perhatian itu membuatku semakin muak dan tetap terdiam dari pertanyaan-pertanyaan mereka. Mereka hanya memperdulikanku ketika aku terlihat pucat, padahal aku tidak butuh perhatian untuk wajah pucat ini. Aku hanya butuh pertanyaan untuk hati, hatiku. Aku yakin mereka sama sekali tidak memikirkanku ketika aku belum datang.


“tidak apa”


Aku segera duduk menuju kursi drum ku yang berada di sudut ruangan. Aku tetap diam dan tidak memberi aba-aba untuk latihan. Syukurlah, mereka juga tidak ada satupun yang menyadari mereka masing-masing untuk latihan. Mereka seperi anak kecil yang harus diingatkan untuk latihan. Jika tidak diingatkan, mereka tidak bergerak.


“Latihan sekarang?” Tanya Ruki yang mulai membetulkan kabe mic yang kusut. Aku merunduk dalam, berpura-pura mengecek foot drum dibawahku. Hey, drum, hanya kau satu-satunya yang masih ingin betah denganku. Aku tersanjung. Aku menjadi seperti orang gila yang berpikiran drum sebagai sahabat terbaik. Entahlah, tapi semakin hari aku semakin gila saja. Kemarin, aku tidur bersama stik drum. Gila, gila, gila. Nasibku.

“Kai?” sahut Ruki lagi yang memecah lamunanku. Aku menatapnya, dan mengangguk. “Before I Decay” aku hanya menginstruksikan lagu pertama yang akan dilatihankan.

----

Seusai latihan aku langsung pergi tanpa jejak dan menghilang entah kemana dari hadapan mereka. Aku masih belum punya tujuan untuk beristirahat. Apato ku terlalu jauh. Akhirnya kuputuskan untuk minum kopi di kedai seberang gedung PSC.

Aku menyeruput kopiku pelan. Sekaligus aku membeli rokok, tak lupa dengan koreknya. Hari yang membosankan. Aku harap aku tidak akan bertemu hari lagi, apalagi hari yang menyebalkan bersama orang-orang itu untuk laithan. Aku kembali meneguk kopiku pelan.


“Kai kamu kenapa sih?” Tanya Reita yang tiba-tiba berada di hadapanku, membuatku tersedak dan terbatuk-batuk akan kopi panas yang menggenang di kerongkonganku. Aku menatap nya pelan, menyembunyikan perasaanku terhadap partner Ruki itu.

“Tidak apa2.” Aku mengelap sisa air kopi di mulutku. Reita menarik sebuah kursi coklat dan duduk disebelahku. Menatapku dengan tatapan curiga. Aku hanya terdiam dan melipat kedua tanganku di meja kedai. “Ceritakan. Aku tau kau sedang menyembunyikan suatu perasaan.” Tebaknya ragu-ragu.

Aku mengangkat alis dan mengercutkan bibir. Lebih menyembunyikan perasaan kesepianku lebih dalam. “Mau kopi?” tanyaku membelot dari percakapan yang baru saja diucapkannya. Dia menggenggam tanganku yang hendak memanggil pelayan untuk pesan kopi lagi, aku menepisnya dan mencoba memanggil pelayan lagi. Lagi-lagi reita menahan tangaku dan akhirnya aku menyerah, padahal seharusnya dia berterimakasih padaku yang sudah rela menraktir kopi..

“Kau sakit?” Tanya reita sambil menepakkan tangannya di dahiku perlahan-lahan. Aku mengelak dengan membuang muka ke arah jendela. “tidak.” Jawabku dengan berbisik yang bahkan tidak terdengar oleh diriku sendiri. “ayolah jangan berbohong padaku. Aku bisa menampung kesedihanmu. Kau sedang sedih, bukan? Ayo ceritakan padaku. Aku berjanji aku tidak akan bilang ke siapapun.” Jelas Reita sambil mengacungkan kelingkingnya dan bersumpah padaku. Aku melihat mata hazel nya. Mata yang teduh dan sipit, bahkan hampir hilang (?!) itu. Aku menyetujui perkataannya dengan menjawab tawaran kelingkingnya itu.


“syukurlah” jawab Reita yang menepuk pundakku. Aku masih terdiam sunyi dan tidak berkata-kata sedikitpun. Tanpa mengeluarkan ekspresi secuilpun. “Sekarang, ceritakan.” Lanjutnya.

“a, aku kesepian.” Hanya itu inti yang aku bisa sampaikan padaya. Aku juga tidak mau hatinya terbesit silet tajam jika aku berkata bahwa aku iri terhadapnya dan Ruki, terhadap Aoi dan Uruha. Tapi memang benar, aku kesepian. “Apa yang membuatmu kesepian?” rasanya ini menjadi sebuah interogasi dimana reita ingin mengorek-ngorek permasalahanku alias kepo mode on, Reita memegang pipiku pelan. Kembali aku menepisnya, berharap ruki tidak melihat semua kejadian ini.

“Kau tidak bersama Ruki?” hal yang baru saja kupikirkan menjadi permasalahan baru. “Tidak. Dia di apato ku.” Jawab Reita singkat. “jangan membelot, jawab dulu pertanyaanku.” Lanjut reita cepat. Aku menatapnya dengan tatapan linglung, bingung. Reita menghela nafas, “apa yang membuatmu kesepian?” tanyanya sekali lagi padaku, sambil tersenyum tipis. Aku termenung dengan kejadian tadi pagi. Ralat, kejadian setiap hari. Kejadian dimana AoUru dan Reituki selalu terlihat mesra di satu sofa.. saling membelai dan saling sayang. Aku kesepian, sendirian. Tak ada yang menemaniku selama ini. Lantas apa yang harus kukatakan kepada reita.


“Ya, ya.. Kau tau pasti orang yang kesepian itu kenapa.”

“Hah? Aku tidak mengerti maksudmu.”

“Maksudku, emm.. Setiap orang pasti tau, alasan kenapa seseorang bisa kesepian.”

“Eung.. aku mengerti, tapi.. apa yang membuatmu kesepian maksudku, iri kah? Atau ditinggal seseorang kah?”

“aku iri”


Mata reita terbelalak. Mereka bilang aku adalah leader yang bijak, sederhana, dan bersahabat, serta penuh canda tawa, murah senyum. Reita mungkin tidak menyangka aku bisa iri seperti ini, mungkin. Tapi aku hanya tetap diam sambil menggaruk kepalaku yang tidak gatal itu. Memendam rasa itu memang sulit, tapi lebih sulit lagi untuk mengutarakannya. Aku menjadi grogi takut Reita menanyakan hal yang lebih dalam lagi. Padahal aku sudah bertekad dari awal bahwa ke-iri-an ku pada Reituki aoru hanya dipendam oleh diriku saja.

“Iri? Sama siapa?”

“eung… ti, dak.” Aku memeras rambut coklatku sendiri sambil menunduk ke meja kedai. Reita mengusap kepalaku sambil tersenyum. “Maafkan aku, bukan maksudku untuk membuatmu stress. Aku tidak akan mengungkit-ngungkit lagi. Sekarang, istirahatlah dan pulang ke apato-mu.” Tawar Reita pelan kepadaku, aku mendongak dari tundukanku dan melihat Reita. Aku mengangguk, aku segera membayar kopi dan rokok, kemudian aku member salam kepada reita, dan meninggalkannya.


~,~,~,~,~,~,~,~,~
,  ,  ,  ,  ,  ,  ,  ,  ,

#gambar diatas ceritanya hujan

“Hujan lagi. Aku tidak bawa mobil..” aku mencibir sambil ngomel dan mulai berlari kecil menuju sebuah halte untuk berteduh. Cuaca kali ini benar-benar tidak bisa diramalkan. Sekarang hujan. Padahal, tadi pagi begitu panas. Maaf, mungkin hanya hatiku yang panas tadi pagi. Aku menatap sekeliling. Air tak henti-henti nya turun ke aspal jalanan. Aku menunggu begitu lama, hingga 2 jam telah berlalu, aku terlelap di kursi halte.

-----

“Kai?” suara seseorang membangunkanku dari alam bawah sadarku. Aku menatap sayup-sayup lelaki jangkung ber-sweater hitam tengah menggoyang-goyangkan  bahuku. Aku mengucek-ngucek mata sambil berusaha mengangkat beban kelopak mataku ini. Rekaman buram di mataku mulai terlihat jelas, mata yang kukenal dengan figur, cantik? Entahlah yang jelas dia itu Uruha yang suka pulang paling terakhir kalau latihan. Rute perjalanan rumahnya hampir sama denganku dan, yah kita bertemu di halte yang sama.

“Uruha” jawabku memanggil namanya juga. Uruha menggaruk tengkuknya pelan sambil berkata padaku, “Kenapa kau masih disini? Bukannya pulang?” Tanya Uruha ragu-ragu padaku. “aku tadi ke kedai kopi. Jadi baru sempat pulang sekarang.” Jawabku singkat. Uruha mengangguk pelan sambil memakai earbud ungu kesukaannya. “Kau liat reita? Katanya, dia belum pulang.”


“Tadi dia bersamaku di kedai kopi tapi entah sekarang dia dimana.” Aku menatap hujan yang mulai berhenti, dan pada waktu yang tepat aku mulai berjalan sendirian pulang ke rumah. “hey Kai!” Uruha menyusul langkahku dan memegang pundakku.


“Mau pulang bersamaku?”


“Boleh. Terima kasih.”


“Kamu kenapa? Kok dari kemarin murung terus?” Uruha menatapku cemas. Bukan dari kemaren, emang dari dulu wajahku selalu mendung sejak pairing mereka booming di mata sixth Guns. Wajahku yang lesu mungkin memperlihatkan otakku yang sedang ruwet. Aku hanya (berusaha) tersenyum simpul dan menggeleng dihadapannya. Menampilkan senyum palsu dan berusaha menutup lubang di hati ini. Aku pun berjalan dengannya.


___Normal PoV___

Uruha menelfon Reita ketika Kai telah masuk ke apato-nya. Dengan nafas terengah-engah dan tampilan mencemaskan, Uruha mengutak-ngatik handphone nya untuk memberi sms kepada reita karena telfon yang barusan tidak diangkat.

To. Reita pesek

Rei, aku cemas sama Kai. Dia terlihat murung dan pendiam, tidak seperti dulu.. sering tertawa dan selalu menjadi bahan lelucon. Kenapa ya dia?


(reita’s condition)

Reita baru saja mendapat sms dari Uruha, sang lead guitar.

From. Uruha

Rei, aku cemas sama Kai. Dia terlihat murung dan pendiam, tidak seperti dulu.. sering tertawa dan selalu menjadi bahan lelucon. Kenapa ya dia?


“Ah, Uruha ini..” Pekik Reita sambil memikirkan kejadian di kedai kopi tadi. Kai yang kesepian karena iri? Apakah reita harus memberitahu Uruha masalah ini? Yang jelas, hanya Reita yang tau. Dan Reita sendiri yang berjanji kepada Kai bahwa ia tidak akan bilang ke orang lain.

“daripada masalah ini meluas, lebih baik aku bilang tidak tau.” Reita mulai menjawab sms sambil menggaruk lehernya.

(uruha’s condition)

Tak lama kemudian sebuah dengkringan menggetarkan hp Uruha. Dilihatnya hp flip hitam itu dan terlihat sebuah sms balasan dari reita.

From. Reita pesek

Aku kurang tau Uru. Di kedai kopi juga dia terlihat suram dan tidak ingin banyak bicara.

Uruha hanya mengangguk dan termenung dengan sms itu. Dia berdiri diam di depan apato Kai, dimana Kai tinggal sendirian di kamarnya. Uruha menghela nafas sambil menyeka keringat di pipinya yang mengalir entah kenapa. Panik, mungkin? Atau cemas? Entahlah, yang jelas perlakuan Kai barusan membuatnya berfikir keras akan apa yang terjadi padanya, begitu pula reita

___Normal PoV END___


Aku memasukkan kartu yang dikiranya sebagai kunci oleh penghuni apato disini. Mencabutnya, kemudian mendorong knob door yang setia menempel di pintu kamarku. Huft, capek rasanya. Hati panas 2 setengah jam, kedinginan 2 jam, dan sekarang, akhirnya aku dapat membanting tubuhku di kasur normal size milikku ini.

BRUK

Huft.. Aku melingkarkan kedua tanganku di guling. Membenamkan kepalaku di bantal sambil menghela nafas panjang, hari ini begitu sulit.. semakin sulit menahan rasa sakit ini. Tanpa diundang  pun, air mata sudah menggantung di sudut mataku dan mengalir pelan ke pipiku. Oh, tidak. Hatiku sudah berguncang. Rasanya ingin bunuh diri saja. Tapi, tapi aku masih punya masa depan. Ah, kenapa diriku menjadi plin plan begini. Aku terisak, makin membenamkan kepalaku di bantal agar tidak terdengar seorangpun. Tanpa disadari aku terlelap akan tangis itu.


3 jam kemudian…


Tok tok tok


Aku memicingkan mataku yang setengah terlelap. Aku berdiri dan terhuyung-huyung menuju pintu. Aku membuka pintu pelan. Apa yang ditatap ku sekarang ini? Reita, Ruki, Aoi, dan Uruha tengah menatapku cemas. Mataku yang bengkak dan hidungku yang merah telah menjelaskan semua. Aku sedang sedih, mereka menatapku semakin sayu dan iba. “masuk” sapaku pelan sambil memberi jalan kepada mereka. Saat masuk mereka tetap menatapku. Aku semakin merunduk dan membuang muka, kemudian berpura-pura tidak melihat mereka karena sedang menutup pintu.

“Aku serius. Kau kenapa?” Reita angkat bicara terlebih dahulu. Aku menatapnya pelan dan menggeleng. “ Tolonglah jangan berbohong kami semua khawatir padamu.” Lanjut Uruha. Aku kembali menggeleng dan membuka kulkas untuk menyiapkan makanan untuk mereka.


“Kami tau apa yang engkau alami.” Jawab Aoi sambil memainkan rambut hitam pekat miliknya dan meilhatku. Aku terbelalak dengan apa yang Aoi ucapkan. “a—pa, maksudmu?” aku menaikkan alis tidak percaya. “Reita. Reita telah menceritakannya pada kami. Tidak lazim jika kesedihan leader tidak ditampung oleh semua member. Kumohon ceritakan yang sebenarnya.” Jawab Aoi lagi. Aku menunduk, Uruha menghampiriku dan menggandeng ku ke kasur. Kini kami saling mengunci bibir dan tidak saling menatap.


--Flashback on--

Uruha yang masih risih dengan perilaku Kai belakangan ini membuatnya terdorong untuk merumuskan ini dengan para member lainnya, akhirnya Uruha menelfon Aoi dan Ruki, serta meng-sms Reita untuk bertemu dengannya di rumah Uruha.

#berselang 1 jam

“Mm , mungkin ini hal yang biasa tapi lama-lama aku sedikit cemas pada Kai. Ada yang merasakan hal yang serupa denganku?” Tanya uruha pada rekan2nya. Reita menunjuk dirinya sendiri, sambil terdiam. Berselang beberapa detik Reita pun buka mulut, “aku bukan bermaksud ingkar janji, aku telah berjanji pada Kai untuk tidak memberitahu ini ke siapa-siapa.”

“tentang apa?” kata Ruki memotong.

“Hush. Diam dulu makanya.. aku tadi diam-diam menyusul Kai yang ternyata di kedai kopi. Lalu aku berbincang dengannya.”

“Berbincang apa?” kata ruki nyolot lagi.

“Diem dulu bisa gak sih?!” celetuk aoi sambil masukin Ruki ke karung beras.

“Aku bertanya padanya, katanya dia merasa kesepian. Dia merasa kesepian karena iri. Hanya itu yang aku tau.” Kata reita sambil mengangkat bahunya. “Kai itu orangnya terbuka tapi tertutup sekali ya..” urai Uruha #switdrop

“Aku merasa, dia kesepian karena kita.” Lanjut Reita sok jadi detektif. Ruki yang sedang di dalam karung beras itu meletakkan telunjuknya di bibirnya sendiri sambil berfikir panjang. Aoi hanya terlihat linglung akan permasalahan yang reita bicarakan ‘kesepian karena kita’ sambil menghisap rokoknya.

“Kau kira begitu?” Tanya Uruha gak mau kalah detektif nya.

“Iya, maksudku.. Mungkin pairing kita membuatnya menjadi… sen..”

“sitif?” lanjut reita berbisik begitu pelan.


“aku kurang tau.. bagaimana kalau kita samperin Kai sekarang juga?” Tanya Aoi to the point. Reita dan uruha hanya diam sebentar lalu mereka mengangguk setuju. Akhirnya mereka memutuskan untuk ke apato-nya Kai. Tidak lupa Aoi senantiasa menyeret Ruki yang bobo di dalam karung.

--Flashback off--


“a—aku..” aku menggigit bibir. Sontak semua menghadap padaku dan mata-hazel mereka benar-benar memancarkan rasa penasaran yang dalam. Aku kembali menunduk, benar-benar grogi. Yang jadi masalah aku disuruh menceritakan kekesalanku kepada mereka sendiri. Kepada orang yang aku kesali, yang dijadikan aku sebagai bahan iri. Aku menahan ledakkan hati dan tangis yang sudah diujung perasaanku ini, takut aku naik pitam dan tidak terkendali. “Maafkan aku.” Aku berkeputusan untuk berlutut dihadapan mereka ber-empat sambil mengatupkan kedua telapak tanganku layaknya orang hindu yang sedang menyembah dewanya. Ruki kaget akan perlakuanku dan dia segera merangkulku, “Kau ini kenapa??” Ruki menggoncang tubuhku sambil menepuk punggungku. Aku tetap diam sambil menahan tubuhku untuk tetap seperti itu dan tidak merubah posisi tubuhku.


“Jangan bilang kau kesal pada kami” sontak Reita jongkok dan mengankat daguku. Wajahku sudah merah dan mataku yang tadi sudah bengkak malah mengeluarkan air mata yang lebih deras lagi. Perasaan yang tidak pernah terpancarkan dari diriku. Aku menggeleng. “aku ti, dak ke—sal pada ka, lian..” uraiku sambil terisak keras. Aku menurunkan tanganku yang tadi menyembah-nyebah mereka. Aoi menatapku cemas dan iba, dan air mata mulai menggantung di mata hazel Uruha.

“Maaf, tapi aku.. aku kesepian karena, karena ka, lian selalu bersenang2 sendiri.. ralat, berdua. Hiks, hiks.. reita dan ruki, aoi dan uru.. ya, a—ku hanya merasa.. sepi.. hiks,, hiks,, gomen..” akhirnya aku mulai menjelaskan permasalahanku pelan tapi pasti. Aku menunduk dalam, menyembunyikan tangisanku yang semakin membara.


“Kai—“ Ruki kaget dengan apa yang tengah aku bicarakan.

“Kai, maafkan kami. Ha—harusnya kami yang minta maaf padamu..” Uruha menghampiriku dan memelukku erat. Aku membenamkan wajahku pada dada bidang miliknya yang terbalut sweater hitam. “Gomenasai ne.. Maafkan kami.” Lanjut aoi, reita, dan ruki kemudian. “Kami kira kau biasa saja dengan permasalahan ini.. maaf..” kata aoi sekali lagi. Air mataku mengalir deras, terserap kaus Uruha.


“Kai, kau tau? Justru kau lah yang paling berharga disini. Melebihi berharganya partner kami masing-masing. Kami lebih sayang kau daripada partner kami. Karena kau yang selama ini mengurus kami, ya? Jangan sedih lagi ya?” kata Uruha menjelaskan langsung kena timpuk sama aoi.

“ittaii.. #sakiitt..” Uruha mengusap-ngusap kepala berbalut rambut coklat blonde miliknya. “Bukan begitu.. Kita semua saling mencintai. Bukan berarti mencintai Kai lebih dari member2 lain, bego.. satu band itu cinta nya harus merata.. tenang kok, kita juga mencintaimu kai <3 “ kata aoi melengkapi. Aku mulai mendongak dari pelukan Uruha dan hanya terbengong-bengong. “Uwwooohhh.. Kai-chuu~~ sayang ayank kaiii~~” ruki mengelus-ngelus rambut hitam pekat ku dan menciumi ubun2 ku (ruki ketularan alay pake ayank ayank segala)

“Eee,, gomenasai ne.. Kita semua sayang Kai kok..” reita mengusap pipiku. Yang membuat wajahku bersemu, merona. Aoi mengajakku berjabat tangan. Wah, ternyata selama ini aku salah paham. Aku tidak berfikir panjang tentang kesatuan sebuah organisasi mau itu sebuah lembaga atau pun itu sebuah band, tapi rasa cinta tetap dibutuhkan secara merata dan tetap diberikan secara menyeluruh. Aku sayang the GazettE, aku sayang Ruki, Reita, Aoi, Uruha. Dan aku juga sayang sama kamu, baik itu Sixth Guns ataupun yang sekedar numpang baca ff ini.. aku senang. Aku bersumpah, aku senang.


Aku memejamkan mataku. Terbesit rasa bahagia yang mulai menambal lubang demi lubang yang tercetak di hatiku. Aku tersenyum. Mereka memelukku bersamaan. Hangat. Tuhann.. aku benar-benar mencintai mereka. Tak ada rasa iri lagi di hatiku. Aku menjawab pelukan mereka. Sungguh, rasa ini.. Berpelukan dengan orang2 yang kucinta,,


-OWARI-

Huahahaha!! #plok
sengaja saia post ff pertama tentang suami saia #colek kai XDD

Wiii… ancur deh nie ff.. Kritik dan saran diperlukan.. maap kalo ada typo..sankyuu ^^
oh iya, ini bagi yang mau baca sequelnya: http://hanakaigaze.blogspot.com/2013/01/rainy-days-oneshoot-sequel-of-does.html

Rabu, 09 Januari 2013

I'ts About Us

안녕!!

こんにちは!!

Akhirnya menginjak langkah posting pertama hahaha XD
Disini, tepatnya www.bb-vkei-fic.blogspot.com akan memperpuas (?) kehidupan para K-popers dan J-Popers dalam hal fanfic. Akan terus berusaha posting fanfic meskipun gaje dunia akhirot.. Semoga, blog ini bisa menyenangkan hati para penggemar K-pop (terutama BB) dan J-pop (terutama V-kei), Amin..

Disini adminnya ada 3:

--Mimin Lee JiHyun

Nee~ mimin yang atu ini nge-fans ama SHINee ya, kalo gak salah #dibabug JiHyun# doyan banget deh ama K-pop.. Tiap hari ngomongin K-pop terus.. Ramah loo orangnya.. Dijamin terhanyut akan ff nya n.n Kalau dalam jangka pendek sekarang ini, min JiHyun mungkin akan sering buat fic bertema comedy, dan part-nya berupa chapter. Yah, mungkin bisa aja min JiHyun ganti-ganti performa genre, liat sikon wkwkwkwk XD


--Mimin Oh SaeHee

Nah, ini mimin yang murah senyum bahkan ampe giginya kering pun tetep senyum XD #plak sama seperti min JiHyun, min SaeHee seneng banget ama K-pop, terutama EXO.. tergila-gila ama Sehun EXO loh.. Hayo penggemar Sehun bisa banyak interaksi sama mimin yang atu ini.. Jangka pendek ini, min SaeHee suka bikin fic ber-genre romance, fluffy, hurt...

Oh SaeHee punya wordpress .. kunjungi yah ^^
www.littleplaceforkpop.wordpress.com (ampe 2013 blon ada isinya XD )

--Mimin HanakaiGaze

Nama aslinya Hana Hagiwara. Atu-atu nya mimin yang doyan Visual Kei, doyan the GazettE terutama Kai-chuu~ Untuk genre, min Hana punya jangka waktu yang awet, Selamanya! XD selamanya dengan genre amburadul ("di setiap ff harus ada genre ini" katanya) dan be-rating all rating, serta fic buatannya biasa nya ber-part Oneshoot

Min Hana punya wordpress dan blog.. kunjungi yah ^^
www.lilapop.wordpress.com << kata mimin Hana "dimohon gak usah liat yang ini"
www.ichiliv92.blogspot.com
www.hanakaigaze.blogspot.com <<blog terkenal


Okey, ini perjuangan pertama.. Oh iya, min Hana biasanya kalo posting fanfic itu merupakan repost dari blognya (hanakaigaze) dan min SaeHee juga kadang-kadang repost dari blognya yang satu lagi atau sebaliknya. Semoga blog ini maju terus pantang ketinggalan jamannnn XD

Wassalam