Title: After Break Up
Genre:Romance , Hurt
Rating: G
Cast
: Main: You, Lee Taemin (SHINee)
Other: Kim Joon Myeon (Su Ho/EXO-K), Lu Na(F(x))
Lenght: One Shoot
Author: Oh Sae Hee
Disclaimer: All the casts except OC
are belong to God and their self. Ceritanya 100% buatan author.... So... Don’t
Bash n be Plagiator! +
Note: tulisan yang ditulis dengan
huruf miring tandanya Flashback ya....^^
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Seperti hari Minggu yang lainnya, hari ini aku pergi menuju
café yang selalu menjadi tempat
pilihanku untuk menghabiskan beberapa waktuku hari ini. Dan cuaca yang cerah
membuatku semakin bersemangat untuk menghabiskan waktu liburanku hari ini.
Setelah samapi di café
langgananku tesebut, aku langsung memilih kursi di dekat jendela besar di
bagian depan café, yang tentu saja
menjadi tempat kesukaanku jika berada disana.
“Annyeonghaseyo....” Kata seorang pelayan yang memang sudah
cukup akrab denganku. Namanya Lu Na.
“Hai! Kau tahukan aku akan memesan apa. Seperti biasa
segelas ice blend green tea!” Kataku denagn
lantang kepada Lu Na. Dia pun mencatat pesananku tersebut.
“Aku tahu itu... Hanya segelas? Kau tak pergi dengannya
lagi hari ini?” tanya Lu Na kebingungan. Aku maklumi itu karena sejak 3 bulan
yang lalu aku tak pergi ke tempat ini bersama seorang namja lagi.
“Ani... Aku sendirian saja hari ini...”
“Eum... Baiklah.. tunggu sebentar ya..” Lu Na pun
meninggalkanku dan berjalan menuju sebuah dapur di bagian belakang café .
1 menit...
2 menit...
3 menit...
Aku melihat Lu Na membawa pesananku. Dia menaruh pesananku
dimeja di depanku dan langsung duduk di kursi yang berada di depanku.
“Bukankah kamu pergi ke sini tanpa namja itu sejak 3 bulan
yang lalu?” Tanya Lu Na dengan wajah penasaran menunggu jawabanku sedangkan aku
masih menikmati minuman favoritku.
“Eum... Sudahlah... jangan membahas hal itu...” Jawabku.
Jujur saja aku paling benci jika harus mengingat-ingat masa laluku, apalagi
yang berurusan dengan percintaan.
“Mmmm.... kalian putus, huh? Dia menduakanmu?” Tanya Lu Na
dengan hati-hati, sepertinya dia takut mengubah moodku yang awalnya ceria hari ini.
“Eum... Kami putus tapi dia tidak menduakanku atau
sebaliknya... Kami putus secara baik-baik..”Jawabku sambil mengaduk-aduk
minumanku, dan berharap Lu Na berhenti membahas hal ini karena sekarang moodku mulai jelek.
“Oh... Begitu.... Sebenarnya masih banyak yang ingin
ketahui, tapi sepertinya atasanku akan memarahiku jika ia melihatku
berbincang-bincang denganmu... Lain kali kita bicara lagi, Annyeong...” Lu Na
pun beranjak dari kursi yang berada di depanku dan mulai bekerja lagi.
Untung saja dia pergi, kalau tidak mungkin bisa saja aku
menangis di sini karena dia memintaku menceritakan namja yang sampai sekarang
masih kucintai itu. Selama 3 bulan ini, walaupun aku mencoba untuk
melupakannya, tapi tetap saja aku tidak bisa melupakannya.
~~~
“Sebenarnya... Begini... Saat... aku berada didekatmu jantungku
akan berdegup sangat kencang. Tapi ini terjadi hanya saat aku berada di dekatmu
atau saat aku melihatmu saja. Apakah kamu merasakan hal yang sama sama kamu
berada di dekatku?” Kata namja yang duduk di sebelahku –Taemin-.
Aku sedikit tak percaya dengan apa yang dia bicarakan. Karena
aku juga merasakan hal yang sama saat berada di dekatnya dan dia, Taemin mampu
membuatku merasa nyaman saat aku bersamanya.
“Ya, aku juga merasakan hal yang sama...” Jawabku sambil
berusaha menyembunyikan wajahku yang mulai merona darinya.
“Sepertinya aku mencintaimu dan sebaliknya..”Katanya lagi. Dan
itu membuat wajahku semakin merona.
“Ya... Aku... Rasa..., sepertinya..”Jawabku, rasanya mulutku
tak mampu mengucapkan kalimat-kalimat yang
panjang. Aku sangat gugup karenanya.
Beberapa menit tak terasa berlalu begitu saja. Suasana pun
semakin canggung, tak ada yang memulai pembicaraan diantara kami.
“Bagaimana kalau aku menjadi namjachingumu dan kau menjadi
yeojachinguku? Pasti akan sangat menyenangkan bisa selalu berada di dekat orang
yang kita cintai..” Kata Taemin memecah keheningan diantara kami.
Aku pun sangat kaget dengan pernyataannya itu. Pernyataan
yang selama ini aku tunggu-tunggu. Jadi beginilah rasanya saat seseorang yang
kau cintai menyatakaan perasaannya kepadamu.
“Kau tidak suka ya...? Aku hanya bercan-..” “Ani! Aku suka
dengan hal itu...! Aku ingin menjadi yeojachingumu!” Kataku memotong perkataan
Taemin yang belum selesai. Aku melihat wajahnya yang merona dan menatapku keheranan.
Aku yakin saat ini wajahku juga sangat memerah.
“Kau serius? Apakah kita sudah resmi menjadi couple sekarang?” Tanyanya kepadaku.
Aku yang tak tahan menatap matanya pun memetuskan untuk
berpaling dari wajahnya, dan menjawab, “Mungkin, bisa di bilang begitu...”
Taemin pun memelukku dan berbisik tepat di sebelah telingaku,
“Saranghae...”
~~~
Aku masih meningat kejadian itu, tepatnya kurang lebih satu
tahun yang lalu di tempat ini –taman kota- yang menjadi tempat favorit kami.
Ya, tentu saja karena di tempat ini kisah cinta kami berdua pun dimulai.
Aku masih bingung sebenarnya apa yang membuatku pergi ke
tempat ini hari ini. Mungkin aku sedang ingin menghirup udara segar di taman
kota saja.
Aku menyusuri taman kota yang banyak ditumbuhi banyak bunga
dengan berbagai jenis dan warna, membuatku tak ingin segera pergi dari tempat
ini.
Setelah 1 jam berkeliling taman kota, aku memutuskan untuk
pulang ke apartemenku karena langit yang mulai mendung dan kakiku sepertinya
sudah mulai lelah untuk di ajak berjalan-jalan lagi.
Aku pun menuju tempat mobilku dan langsung mengendarainya
menuju apartemenku.
~~Di Apartemen~~
“Ah... Tak ada e-mail
untuk hari ini...” Kataku di susul desahan dari mulutku. Aku sangat kecewa
karena saat melihat kotak masuk di e-mailku
, tak ada e-mail baru untukku di sana.
E-mail dari namja yang pernah menjadi
namjachinguku. Lee Taemin.
Dulu aku pernah berpikiran untuk benar-benar tidak akan
berhubungan lagi dengannya, seakan-akan kami tidak pernah bertemu. Tapi namja
itu hampir setiap minggu selalu mengirimkanku e-mail , surat, atau kartu pos. Apakah dia masih mencintaiku?
Sudahlah... Aku ini masih saja banyak berharap darinya. Lagi
pula dia sudah menemukan seorang yeoja
yang bisa menggantikanku. Aku mengetahui itu 1 bulan yang lalu saat kami chatting via social network untuk pertama kalinya setelah kami berpisah.
--Chattingku
dengan Taemin--
‘Hai! Kau sedang online? Tidak seperti biasanya..’ Kataku
memulai percakapan kami di salah satu social network tersebut.
‘Hai... eum.. Aku sedang liburan di sini, jadi aku bisa
online..^^’Balasnya.
‘Bogoshipeo... Kapan kita bisa bertemu lagi? ’
‘Entahlah... Aku masih sibuk mengurus urusan kuliahku...
Mungkin aku tidak bisa bertemu denganmu sekarang ini... Mianhae... :D’
Melihat jawabannya, aku hanya bisa tersenyum kecut saja. Dia
memang sedang sibuk disana, aku harus mengerti itu.
‘arasseo... Lain kali, kita pasti akan bertemu.. Kamu ganti
foto profil? Siapa yeoja itu sepertinya dia orang Korea?’
Beberapa hari yang lalu, aku melihat dia mengganti foto
profilnya menjadi fotonya dengan seorang yeoja yang sepertinya orang Korea. Mereka
sedang berpose di sebuah tempat yang aku tidak tahu itu di mana.
Mungkin aku tidak begitu pantas menanyakan hal ini kepadanya,
tapi aku takut kalau ternyata yeoja itu yeojachingunya. Ya, aku takut dia akan
menemukan penggantiku sementara aku di sini masih belum menemukan penggantinya.
Lebih dari 10 menit aku menunggu balasannya... Jantungku
terus berdetak tak karuan, tak sabar menunggu jawabannya.
‘Sebenarnya ada
seorang yeoja yang baru saja pindah ke kampusku, dia berasal dari Korea dan aku
rasa aku mulai mencintainya dan dia juga merasakan hal yang sama... Sekarang
dia sudah menjadi yeojachinguku..’
Deg!
Rasanya sangat sakit sekali saat seseorang yang kita cintai
dan dia juga mencintaimu tiba-tiba dia berpaling dan menyukai yeoja lain.
Buru-buru aku mengetik jawabanku kepadanya, ‘Ah..
jinja-yo?? Yeoja itu beruntung sekali, karena kamu mencintainya.. Taemin-ah...
Aku harus offline, mianhae...’ Setelah itu aku pun langsung mematikan jaringan
internetku sehinggga aku tidak akan bisa melihat jawabannya ataupun melanjutkan
percakapan kami.
Aku pun memeluk kedua kakiku dan menenggelamkan wajahku di
sana. Aku menangis dan tidak ada orang yang menenangkanku saat ini, karena aku
sendirian di apartemenku ini.
Sekarang juga aku bersyukur karena memutuskannya, karena
saat itu aku yakin kami tidak akan pernah bisa berpacaran dengan jarak yang
sangat jauh. Salah satu dari kami cepat atau lambat pasti akan ada yang
berpalingke orang lain terlebih dahulu dari yang lainnya.
-----------------------------------
Aku sedikit meneteskan air mataku saat mengingat hal itu.
Bodoh! Harusnya aku tidak boleh menangis lagi! Lagi pula dia sudah mempunyai
yeojachingu yang selalu menemaninya di sana! Mereka pasti sangat bahagia karena
sudah bersama...
Semenjak kejadian itu, saat dia mengirim e-mail , kartu pos, surat, atau apapun kepadaku,
aku tak akan memberi kabar kepadanya atau membalasnya. Menurutku untuk apa masih berhubungan
dengannya? Jika itu membuatku semakin tidak bisa melupakannya.
Munkin karena aku tidak membalas beberapa e-mail dan kartu posnya, dia pun tidak
mengirimkannya lagi kepadaku karena tahu kalau aku tidak akan membalasnya.
Drrrttttt
Handphoneku berbunyi, menandakan ada seseorang yang sedang
meneleponku. Aku mengambil handphoneku dan di layarnya tertulis ‘Kim Joon Myun’.
Buru-buru aku mengangkat panggilannya itu.
“Yeoboseyo... Ada apa ?” Tanyaku sesaat setelah mengangkat
panggilannya.
“Chagi-ah... Bogoshipeo-yo... Kamu tidak merindukanku, huh?”
Jawabnya di seberang sana dengan nada manjanya.
“Tentu saja aku merindukanmu oppa..”Aku berdusta kepadanya.
Dia –Joon Myun - adalah namjachinguku yang baru, tepatnya sejak 2 minggu yang
lalu dia menjadi namjachinguku. Dia baru saja berlibur dengan keluarganya ke
Pulau Jeju. Sudah 5 hari kami tidak bertemu, mungkin karena itu dia
merindukanku sekarang sedangkan aku tidak merasakan hal yang sama terhadapnya.
Aku tidak mencintainya berbeda dengan dia yang mencintaiku.
Saat dia menyatakan perasaannya kepadaku aku menolaknya dengan alasan aku tidak
mencintainya. Tapi namja itu tetap memaksaku untuk menjadi namjachinguku, dan dia
tidak keberatan walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan.
“Jinja-yo?? Kalau begitu bagaiman kalau kita bertemu di
Sungai Han?”
“Baiklah... Kapan?” Sejujurnya aku hanya ingin di
apartemenku saja saat ini, tidak ada niat sedikit pun untuk beranjak dari sini.
Tapi aku tidak bisa menolaknya ajakannya begitu saja, aku takut mengecewakanya.
“Sekarang? Bagaimana? Kalau kau tidak bisa juga tidak
apa-apa... Kita bisa pergi di lain waktu..”
“Sekarang saja! Aku tidak ada pekerjaan saat ini, aku
sedikit bosan di dalam apartemenku ini. Aku ingin pergi berjalan-jalan
sekarang, mungkin mengunjungi Sungai Han sangat mengasyikan!”
“Baiklah... Sampai bertemu di sana... Annyeong Chagi-ah..!”
Jawabnya di seberang sana dengan bersemangat. Sepertinya dia sangat senang akan
bertemu denganku.
“Eum... Annyeong... ”
Tapi, berbeda denganku yang tak begitu bersemangat untuk bertemu
dengannya.
Aku pun segera mencuci wajahku agar lebih segar, memakai
sedikit riasan, dan menyemprotkan sedikit parfume
kesukaanku. Setelah itu aku mengambil tasku dan kunci mobilku laly
berangkat menuju Sungai Han.
~~Di Sungai Han~~
Ini pertama kalinya aku pergi ke Sungai Han selain dengan
Taemin. Aku tak pernah tertarik pergi ke tempat ini, berbeda dengan Taemin yang
menganggap Sungai Han sebagai tempat yang setiap bulan wajib dia kunjungi.
Dulu, aku pernah menanyakan alasan mengapa dia sering pergi
ke sana. Dia hanya tersenyum dan berkata, “Entahlah... Sepertinya di Sungai Han
ada hal yang menarik dan itu membuatku tertarik untuk medatanginya setiap
bulan.”
Ya... Aku sangat tak mengerti jawabannya... Tapi aku selalu
mencoba untuk memahaminya. Jadi, setiap dia mengajakku pergi ke Sungai Han aku
akan menerima ajakannya.
Well... Tentu saja banyak kenangan indah
antara aku dengan Taemin dan tentu saja ada kenangan buruk juga.... Dan
kenangan paling buruk yang paling aku ingat adalah saat kami memutuskan putus secara
baik-baik.
~~~
Kami sedang duduk di sebuah bangku di pinggir Sungai Han. Walaupun
aku bersamanya, tapi aku merasa sedari tadi aku duduk sendirian di sini. Karena
sedari tadi, diantara kami tidak ada yang memulai pembicaraan, kami sibuk
dengan pemikiran masing-masing.
Belakangan hari ini Taemin bersikap dingin kepadaku. Biasanya
saat kami sedang berkencan dia pasti akan menceritakanku sebuah cerita lucu
atau sebuah lelucon yang mampu membuatku tertawa hingga perutku kesakitan. Namun, belakangan hari ini dia hanya
berbicara seperlunya saja... Apakah aku membuatnya kesal?
Karena sudah tidak tahan lagi, aku memutuskan untuk memulai
pembicaraan.
“Taemin-ah... Kenapa belakang hari ini kau bersikap dingin
kepadaku? Apakah aku membuatmu kesal?” Tanyaku sambil memandangi kakiku.
“Ani... Hanya saja belakangan hari ini aku sedang
memikirkan sesuatu...” Jawabnya.
“ Kamu memikirkan apa?” Tanyaku sambil mengalihkan
pandanganku ke arahnya.
“Aku bingung... Apakah aku harus memberitahukannya kepadamu
atau tidak...”Jawabnya, kedua matanya memandang lurus ke arah Sungai Han bukannya
ke arahku orang yang sedang mengajaknya berbicara.
“Taemin-ah... Beri tahu aku.. aku ini yeojachingumu...
Seharusnya kau lebih terbuka denganku.. Mungkin, aku bisa membantumu...”
Jawabku sambil menggenggam tangannya. Dia pun mengalihkanyya ke arahku, menatap
mataku dan terenyum kecil.
“Aku mendapatkan beasiswa ke luar negri..” Katanya.
“Wah! Jinja-yo Taemin-anh?!” Tanyaku kepadanya, rasanya
hampir tidak percaya namjachinguku yang hobinya main video game saja bisa
mendapatkan beasiswa keluar negri.
Dia mengangguk pelan sambil tersenyum. Aku pun memeluknya
erat.
“Chukae-yo... Aku tahu kau pasti bisa mendapatkannya...”
Bisikku tepat di sebelah telinganya.
“Gomawo....” Jawabnya pelan..
Aku melespakan pelukanku dan berkata kepadanya, “Tapi...
Kenapa kamu tidak memberitahukanku? Kalau memberitahuku lebih cepat pasti aku
akan membuatkan pesta keberhasilanmu..” Aku mengerucutkan bibirku.
“Mian... Tapi... Aku tidak perlu pesta... sungguh...”
Jawabnya sambil mengelus pelan puncak kepalaku.
“Jadi apa yang kita bisa lakukan untuk merayakan
keberhasilanmu...”Kataku sambil memikirkan beberapa hal yang mungkin bisa saja
kami lakukan untuk merayakannya.
“Sudahlah... Berjalan-jalan sambil memegang tanganmu saja
sudah cukup bagiku...” Jawabnya.
“Eum... Baiklah kalau begitu... Oh... iya... kapan
keberangkatanmu? Munkin kita bisa berjalan-jalan sebelum keberangkatanmu ke
sana...”
“Sebenarnya, aku akan berangkat lusa...”Jawabnya dengan
penuh penyesalan. Aku yakin bahwa dia menyesal karena tidak memberitahuku lebih
awal.
“Ternyata cepat juga kau akan meninggalkan Seoul...”
Jawabku dia pun mengangguk pelan.
Aku beranjak dari bangku dan berdiri tepat di depannya,
lalu berkata, “Baiklah kalau begitu besok kita bertemu lagi di sini , oke? Di
hari sebelum kau berangkat kita harus bersenang-senang...! Annyeong!!!” Aku pun
berlari meninggalkannya menuju mobilku.
---Esoknya---
“Taemin-ah!” Sapaku kepada seorang namja yang memkai
pakaian bernuansa biru muda, senada dengan pakaianku yang juga bernuansa biru
muda.
“Hai! Lama sekali... Aku sudah lama menunggumu...!” Katanya
sambil mengerucutkan bibirnya. Pasti aku akan merindukan wajahnya saat dia
sedang seperti ini.
“Mianhae.... Jadi, apa yang akan kita lakukan?” Tanyaku
kepadanya.
“Baiklah... Bagaimana kalau minum secangkir latte?”
Tawarnya
“Baiklah” Kataku. Dia pun menggandeng tanganku menuju
sebuah café di sekitar Sungai Han.
--Beberapa jam kemudian—
Sungguh, aku menikmati kencan terakhirku bersama Taemin
sebelum dia pergi meninggalkan Seoul. Dia hampir tidak pernah melespakan
tanganku hari ini.
Rasanya aku tidak ingin mengakhiri kencanku hari ini, tapi
hari sudah malam dan aku tidak boleh egois. Besok Taemin akan berangkat dan dia
perlu beristirahat dengan cukup malam ini. sudah saatnya untuk mengakhiri
kencan hari ini.
“Gomawo... Sudah mau menemaniku hari ini..”Katanya.
“Eum... Aku tidak akan melupakan hari ini..” Jawabku sambil
tersenyum.
“Aku janji saat aku pulang ke Seoul, kita akan berkencan
lagi... Semoga saja kamu akan menungguku...” Katanya sambil tersenyum kecut.
“Ani...”Kataku pelan.
Dari ekspresi wajahnya, aku bisa tahu bahwa dia sangat
bingung dengan pernytaanku itu. Sebelum dia mulai berbicara aku pun langsung
menjelaskan maksud perkataanku tadi.
“Mianhae.. Taemin-ah... Tapi, hari ini adalah kencan
terkhir kita saat masih menjadi couple bukan kencan terakhir sebelum
kepergianmu...” Jawabku, aku berusaha menghindari tatapan matanya. Aku tak kuat
menatap matanya.
“Tapi... Kenapa?” Tanyanya kebingungan.
“Aku sudah memikirkan ini sejak kemarin malam dan aku sudah
memantapkan hatiku bahwa ini pilihan terbaik untuk kita...” Jawabku, aku pun
memberanikan diri menatap matanya yang mulai berkaca-kaca.
“Aku sangat yakin bahwa kita tak akan bisa bertahan dengan
pacaran jarak jauh, karena.. cepat atau lambat salah satu dari kita akan
berpalingke orang lain terlebih dahulu dari yang lainnya... Mianhae...” Kataku
dengan suara sedikit bergetar.
“Ani! Aku tidak mau! Aku hanya ingin kamu yang menjadi
yeojachinguku...!” Jawab Taemin sambil menggelengkan kepalanya. Dia tidak
setuju dengan pernyataaku. Dia mulai mengeluarkan beberapa tetes air mata dari
matanya.
“Mianhae... Tapi walaupun kamu memaksaku, aku akan tetap
dengan keputusanku.. Mianhae... Taemin-ah....”Kataku kepadanya dan aku pun
menangis melihatnya.
Aku menyeka kedua air matanya dan memeluknya. Dia membalas
pelukanku. Aku tak akan melupakan kehangatan pelukannya. Sungguh.
Setelah beberapa lama kami berpelukan, dia pun melepaskan
pelukannya. Menatap mataku sambil kedua tangannya dia letakan dikedua pundaku.
“Aku mengerti... Jika ini yang terbaik bagi kita. Tak
selamanya kita bisa bersama bukan? Mianhae... jika selama in aku
mengecewaanmu...”Katanya. matanya bersinar dan sepertinya dia sudah mengert
keputusanku.
“Gomawo... Taemin-ah...”Kataku dan dia mengacak rambutku
pelan.
“Cari peggantiku yang lebih baik, huh? “ Ancamnya kepadaku.
“Eum... Kau juga...” Kataku dan dia pun tertawa kecil.
Tapi, entah kapan bisa menemukan penggantimu Taemin-ah... Aku sangat
mencintaimu... dan aku tak tahu kapan aku bisa melupakanmu.
“Taemin-ah... Mianhae...” Kataku pelan dan membuatnya
memasang wajah bingung lagi.
“Ada apa lagi?” Tanyanya.
“Aku tidak bisa mengantarkanmu di bandara... Aku takut
kalau aku akan menangis besok...”
“Baiklah... Tidak apa-apa” Jawabnya kecewa.
Setelah mengucapkan salam perpisahan kepada satu sama lain,
kami pun pulang ke rumah masing-masing.
Walaupun kami putus dengan baik-baik, tanpa ada permasalah
sedikit pun, tapi hatiku sangat sakit rasanya saat aku yang mengucapkan kata
perpisahan kepadanya. Memang ada rasa penyesalan, tapi aku tahu ini memang yang
terbaik untuk kami.
~~~
Aku mulai menangis dan
memukul diriku sendiri. Aku menyesal karena harus berpisah dengan Taemin, aku kesal kenapa pikiran tentang perpisahan
harus terpikirkan olehku saat itu, dan rasanya aku benci diriku sendiri.
Namun seseorang memelukku dari belakang dan membuatku berhenti
memukul diriku sendiri. Aku pun berbalik ke arahnya. Aku melihat Joon Myun
dengan raut wajahnya yang terlihat sangat khawatir.
“Wae....?” Tanyanya kepadaku. Salah satu tangannya menyeka
air mataku sedangkan yang lainnya mengelus puncak kepalaku pelan.
“A-aku teringat tentang mas-sa laluku lagi... Masa-sa
la-laluku dengannya...” Jawab di tengah tangisanku. Joon Myun pun langsung
memelukku berusaha menenangkanku.
“Mi-mianhae... aku... belum bisa... melupakannya...”
Kataku. Tangannya mengelus rambutku pelan.
“Arasseo...”Jawabnya tepat di sebelah telingaku.
Aku harusnya merasa beruntung bertemu Joon Myun, dia namja
yang selalu memperhatikanku dan selalu membuatku nyaman berada di dekatnya. Tapi,
hal itu tak berarti untukku, aku lebih menganggapnya sebagai kakakku di
bandingkan namjachinguku.
Karena aku masih belum bisa melupakan Lee Taemin hingga
saat ini. aku berharap kami bisa bertemu lagi, walaupun aku buka yeojachingunya
lagi dan dia bukan namjachinguku lagi. Semoga, yeoja yang menjadi yeojachingunya
saat ini adalah penggantiku yang lebih mencintainya dari pada aku mencintainya
.
***fin***
p.s:
Well... akhirnya ffnya selese...
Maap... kalo ada typo atau ide jelek atau cerita jelek atau
alur jelek atau penataannya jelek...
Yang pasti ff in selese aja aku udah bersyukur bgt!!!!!!